KATA PENGANTAR

 Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia – Nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja di SMAN 1 Narmada kabupaten Lombok Barat, NTB” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
 Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
Bapak Ir. Muchtar Mukarim, M.Soc.Sc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Mataram.
Bapak Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Mataram.
Bapak Drs.Nursardjan, SST selaku Ketua Program Studi Keperawatan Mataram. 
Ibu Asmawati, S. Kp, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
Ibu Rusmini, S. Kep. Ns, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
Kepala Sekolah beserta Guru Bimbingan Konseling SMAN 1 Narmada yang telah memberikan izin penelitian dan informasi tentang tempat penelitian serta data siswa. 
Bapak dan Ibu tercinta serta kakakku dan keluarga yang telah memberikan motivasi serta dukungan baik material maupun spiritual.
Teman – temanku yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi selama ini, you are the best.
 Penulis menyadari dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah ini belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. 
Mataram, 27 Agustus 2008
   

Penulis



ABSTRAK


Hubungan faktor Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA Negeri 1 Narmada Kabupaten Lombok Barat NTB
Tahun 2008

Yuda Prasetya. NIM. P. 07120105 278


  Perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut, dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok. Bahkan dalam sebuah studi penelitian, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok dan penelitian lainnya mengungkapkan bahwa lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap munculnya perilaku merokok pada remaja
  Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB. SMA Negeri 1 Narmada merupakan salah satu sekolah terfavorit di kabupaten Lombok Barat yang merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat pendidikan terbaik di NTB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja menggunakan uji chi square. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 197 orang yang terdiri dari 76 orang kelas sepuluh, 61 orang kelas sebelas dan 60 orang kelas dua belas. Pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. 
  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 44,67% responden merupakan perokok aktif dan 81,82% perilaku merokok tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja dimana nilai signifikan (0,000) < (<0,05).>

BAB I 
PENDAHULUAN



Latar Belakang
  Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sisi mata uang. Keduanya tak terpisahkan dan merupakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau yang secara international disebut Human Development Index (HDI). Indikator ini memperlihatkan sebaik apa mutu sumber daya manusia di suatu Negara (http://www.depkes.go.id).
  Beberapa perilaku berisiko pada anak sekolah usia remaja yang merupakan generasi muda Sumber Daya Manusia (SDM) salah satu diantaranya adalah kebiasaan merokok (Kusumawardani, 2007). Syahrir (2003) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat menjadi bagian dari serangkaian sindrom perilaku bermasalah secara umum, misalnya: penggunaan obat-obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sex bebas.
 Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005). Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan. Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia (Basyir, 2005).
 Menurut badan kesehatan dunia (WHO) di negara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi di negara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok ini 2,1% meningkat setiap tahunnya (A.F Muchtar, 2005). Riset WHO 1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003). Menurut penelitian Akhir Matua Harahap (2004), kejadian merokok di usia muda (15-18 tahun) sudah menunjukkan angka yang berarti, yakni 13,62 persen.
 Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). Sedangkan di Asia Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok pria; Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% (Basyir, 2005). Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, bahwa kebiasaan merokok justru dimulai pada usia yang sangat muda.
 Secara psikologis remaja SLTA (usia 15-18 tahun) berada pada tahapan perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif maupun negatif (Kartono, 1995). Hurlock (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja awal memiliki beberapa ciri tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah dan periode pencarian identitas. Pada periode pencarian identitas, remaja cenderung meniru tingkah laku orang dewasa yang dianggap menunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal identitas diri. Proses identifikasi remaja terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsi perilaku yang ada pada orang dewasa, salah satunya adalah perilaku merokok. Merokok menjadi perilaku negatif yang umum dan bersifat legal bagi para remaja (http://metlit.blogspot.com/ 2007/04/prilaku-merokok-pada-remaja-smp.html).
  Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan permulaan kebiasaan merokok. Ada sejumlah faktor yang kompleks dan saling berkaitan, di antaranya penerimaan produk tembakau, promosi pemasaran rokok, kemudahan untuk mendapatkan rokok, adanya contoh dari orang dewasa dan kelompok sebaya. Secara lebih spesifik, sebuah penelitian di Jepang mengungkapkan, merokok sangat erat sekali hubungannya dengan pengaruh teman, pengaruh orang tua, lingkungan sekolah, dan uang saku. Banyak penelitian yang memperkuat pernyataan tersebut. Dalam sebuah penelitiannya, Shiramizu mendapatkan suatu kesimpulan bahwa seseorang dapat menjadi perokok jika ia mempunyai teman yang merokok. Bahkan ada sebuah penelitian lain yang menghasilkan kesimpulan bahwa remaja yang temannya merokok memiliki resiko delapan kali lebih besar untuk ikut merokok dibanding remaja yang memiliki teman tidak merokok (Megawati, 2006).
 Perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut, dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat diterima sebagai anggota dari lingkungan tersebut (A.F Muchtar, 2005). 
 Dari paparan di atas terdapat beberapa faktor yang mendorong prilaku merokok pada remaja, salah satu faktor terpenting adalah faktor lingkungan. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan faktor lingkungan terhadap prilaku merokok pada remaja.

Perumusan Masalah

 ”Apakah terdapat hubungan antara faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada, Lombok Barat, NTB”.

Tujuan Penelitian
 Tujuan Umum 
Mengetahui hubungan faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada, Lombok Barat, NTB.
 Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang berasal dari keluarga, teman, iklan dan lainnya terhadap prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada.
Untuk mengidentifikasi perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada.
Untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dengan prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada.

Hipotesis
  Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada, Lombok Barat, NTB.

Manfaat Penelitian
 Bagi Instansi Pendidikan (Sekolah)
  Sebagai gambaran perilaku merokok pada remaja yang ada di SMAN 1 Narmada dan dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan bimbingan konseling.
 Bagi Politeknik Kesehatan Mataram
  Menjadi masukan penting bagi Politeknik Kesehatan Mataram sebagai bahan pokok untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok dalam rangka pengabdian masyarakat dan Dapat menjadi khasanah bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan menjadi literatur dalam kepustakaan.
 Peneliti dan Penelitian selanjutnya
  Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan perilaku merokok pada anak remaja SMA.

 BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA



Kerangka Teoritis
Rokok
Sejarah rokok.
 Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin (http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok).
 Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam (http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok).
 
Kandungan Rokok
 Terdapat dua bahan utama zat yang terkandung dalam setiap batang rokok yakni nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa 26 Maret 2002 : 19).
 Selain kedua zat tersebut, masih terdapat zat-zat lain yang terkandung dalam rokok dan berakibat buruk terhadap sistem tubuh. Nainggolan (2000) mengungkapkan zat lain tersebut diantaranya :Karbonmonoksida: merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang dihasilkan dari pembakaran zat arang atau karbon yang tidak sempurna. Gas ini memiliki sifat racun yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen. Hal ini disebabkan karena unsur ini memiliki kemampuan yang cepat untuk bersenyawa dengan haemoglobin, sehingga menggangu ikatan oksigen dengan haemoglobin, yang pada akhirnya menyebabkan suplai oksigen ke seluruh organ tubuh berkurang.
Arsenic: sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.Nitrogen oksida: Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan merangsang kerusakan dan perubahan kulit tubuh.Ammonium karbonat: zat ini membentuk plak kuning pada permukaan lidah dan menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat dipermukaan lidah.
Ammonia: merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisa menyebabkan seseorang pingsan.
Formic acid: jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.
Acrolein: sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan dari gliserol dengan metode pengeringan. Zat ini seduikit banyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat menganggu bagi kesehatan.
Hydrogen cyanide: sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
Nitrous oksida: sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.
Formaldehyde: zat yang banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium (formalin).
Phenol: merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, selain diperoleh dari ter arang. Phenol terikat dengan protein dan menghalangi aktivitas enzim.
Acetol: hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.Hydrogen sulfide: sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang berisi pigmen).
Pyridine: cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
Methyl chloride: adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana hidrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah merupakan compound organic yang dapat beracun.
Methanol: sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

Bahaya Merokok
  Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa 26 Maret 2002 : 19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia
  Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. (Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002: 22). Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang.
  Efek dari rokok atau tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu kedokteran jiwa, Psikiatri, 1979 : 33).
 Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan dari perilaku merokok. Beberapa penyakit tersebut antara lain :
Penyakit paru
 Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian karena kanker paru terjadi pada perokok (Basyir 2005)
Penyakit jantung koroner
 Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.
Impotensi
 Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.
 
 
Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan
 Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok (Basyir 2005).
Merusak otak dan indera
 Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system tubuh.
Mengancam kehamilan.
 Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.
 
 
Tipe-tipe perokok
  Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adlah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi (http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm)
  Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,1991) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah:
Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini : 
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan
Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak
Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
 Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari.  Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

 Remaja
Batasan Remaja
 Istilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti ”tumbuh” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang digunakan sampai sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1993).
 Secara umum masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang dilihat dari rentang usia. Gunarsa (2001) membagi tahapan masa remaja tersebut menjadi: remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).

Karakteristik dan Perkembangan Remaja
 Masa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua tugas pekembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode pencarian identitas, dan periode tidak realistik. Pada periode pencarian identitas, remaja yang tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak, berusaha menampilkan atau mengidentifikasi perilaku yang menjadi simbol status kedewasaan. Salah satu perilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang mereka anggap sebagai simbol kematangan, dimana perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama (Hurlock 1993).
 Handayani (2006) mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dilaluinya dengan baik. tugas perkembangan tersebut antara lain :
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif. Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtuaUsaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Hal tersebut tentunya akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelaminPada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri. Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan normaSkala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti “siapakah aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dalam dirinya. Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua. Kebutuhan mereka akan kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya, sehingga keterikatan mereka dengan orangtua berkurang. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok sebaya (peer group). Kelompok sebaya menjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Melalui kelompok sebaya, remaja bisa melatih kecakapan sosial, karena melalui kelompok sebaya, remaja dapat mengambil berbagai peran (Soetjiningsih 2004).
Sangat besarnya pengaruh teman sebaya, maka dapat dimengerti bahwa teman sebaya sangat berpengaruh pada pembentukan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku dibandingkan dengan keluarga (Hurlock, 1993). Sedangkan secara emosional, telah diketahui bahwa masa remaja dianggap sebagai masa “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal. Hal ini dikuatkan dengan tekanan sosial yang menuntut remaja menampilkan pola kehidupan sosial yang baru. Untuk menghadapi hal tersebut sebagian besar remaja akan mengalami ketidakstabilan demi penyesuaian. Kondisi tersebut menurut Edelman (1990) diistilahkan sebagai kondisi stress pada remaja yang disebabkan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara bersamaan.


Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja 
Pengaruh orang tua.
  Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif (Nainggolan, 2000). Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004).
  Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orangtua dan saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk merokok (A.F Muchtar 2005).
  Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja di Cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor keluarga memberikan kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya perilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga.
  Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294). Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri (Al Bachri, Buletin RSKO, tahun IX, 1991).


Pengaruh teman.
  Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti karena pada masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya. Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus dapat menjalankan peran dan tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok agar dapat tetap bergabung menjadi anggota kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan, minat dan penampilan remaja dituntut untuk sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok, maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock, 1993).
  Friedman dkk (Hurlock, 1993) mengungkapkan:“Kekuasaan yang mempengaruhi anggota kelompok hampir menuntut pengawasan mutlak dari anggota kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa mereka harus mengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harus menghadapi akibat yang lebih parah”.
  Kurniawati (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap munculnya perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorong seseorang untuk semakin menjadi perokok.
  Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).

Faktor kepribadian.
  Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
Pengaruh iklan.
 Untuk menjaring konsumen yang lebih banyak, para produsen rokok mempunyai cara yang handal. Berbagai iklan baik dalam bentuk reklame, poster maupun iklan dalam media elektronik ditampilkan dengan maksud untuk merangsang para konsumen mencoba produk yang mereka iklankan.
 Berbagai istilah seperti low, light, mild pun digunakan produsen sehingga seolah-olah rokok itu aman dan jumlah kandungan zatnya lebih rendah. Akibatnya, para perokok merasa boleh merokok bahkan kemungkinan akan mengkonsumsi lebih banyak karena mereka menganggap rokok yang dikonsumsinya hanya mengandung sedikit zat. Padahal sebuah studi dalam Journal of The National Cancer Institute menyebutkan bahwa kandungan zat dalam rokok tersebut tidak berkurang sedikitpun. Bahkan jumlah tar dan nikotin yang dihisap dalam rokok tersebut ternyata 8 kali lebih tinggi daripada yang diiklankan (Basyir 2005).
  Soetjiningsih (2004) menyatakan bahwa reklame atau iklan tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh lebih kuat daripada pengaruh orangtua dan teman. Syahrir (2004) dalam penelitiannya menegaskan bahwa sekitar 52,6% remaja mendapatkan informasi tentang rokok dari iklan terutama iklan di media elektronik. 
  Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat  remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
  Senada dengan hal di atas Soetjiningsih (2004) mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Keempat faktor tersebut antara lain:
Faktor Psikologik


Faktor Psikososial
  Aspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan kebebasab dan otonomi, membentuk identitas diri dan penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan, penampilan diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap menentang dan stress mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang baik, putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan orangtua yang rendah serta tahun-tahun pertama transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulai merokok.
Faktor psikiatrik
 Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja, didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang menperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih besar untuk merokok dari pada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.
 
Faktor Biologik
Faktor Kognitif
  Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari kecanduan nikotin disebabkan karena perokok merasakan efek bermanfaat dari nikotin. Beberapa perokok dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki konsentarsi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin menganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan perokok, memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan pengenalan memori.
 
 
Jenis kelamin
  Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara social cakap.  
Faktor Etnik
  Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antara perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalah substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan merokok.
Faktor genetik
 Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfisme gen dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada studi genetik molekular beberapa tahun terakhir, individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB (B1 dan B2) dari reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100 kali atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai merokok dan lebih sedikit meninggalkannya.
 
Faktor Lingkungan
  Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia. Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam pembentukan perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort terhadap siswa SMU didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam peralihan dari kadang-kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua perokok dan konflik keluarga.

Faktor Regulatori
  Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi, diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok. Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat mengurangi konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat peningkatan kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telah banyak dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya. 
  Faktor lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok, terutama perilaku merokok yang ada di keluarga keluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan perilaku merokok teman sebaya. Selain itu, berbagai upaya dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap rokok yang ditampilkan melalui iklan baik di media cetak maupun elektronik. 
  Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan permulaan kebiasaan merokok. Ada sejumlah faktor yang kompleks dan saling berkaitan, di antaranya penerimaan produk tembakau, promosi pemasaran rokok, kemudahan untuk mendapatkan rokok, adanya contoh dari orang dewasa dan kelompok sebaya. Secara lebih spesifik, sebuah penelitian di Jepang mengungkapkan, merokok sangat erat sekali hubungannya dengan pengaruh teman, pengaruh orang tua, lingkungan sekolah, dan uang saku (Megawati, 2006)
  Berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap rokok tersebut, bahasan akan dipersempit dengan hanya memfokuskan pada faktor lingkungan yang meliputi: keluarga, teman dan iklan.


Kerangka Konsep





 

 
 
 


Keterangan :
  = Variabel yang diteliti  
  = Variabel yang tidak diteliti
Sumber : Modifikasi teori Soetjiningsih, 2004

BAB III
METODE PENELITIAN



Ruang Lingkup
 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Narmada, kabupaten Lombok Barat, provinsi NTB. Pemilihan lokasi tersebut dengan alasan sebagai berikut :
Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat pendidikan terbaik di NTB.
SMAN 1 Narmada merupakan salah satu sekolah terfavorit di Lombok Barat.
SMAN 1 Narmada memiliki aturan mengenai larangan membawa maupun melakukan aktivitas merokok baik di dalam maupun di luar lingkungan pendidikan.
Merokok merupakan permasalahan mengenai kenakalan siswa yang paling banyak di jumpai dibandingkan dengan perkelahian maupun penggunaan obat-obatan di SMAN 1 Narmada
 

Waktu Penelitian
Penyusunan proposal dilakukan sejak bulan Oktober 2007 sampai dengan bulan Maret 2008.
Dan penelitian akan dilakukan sejak bulan Maret 2008 sampai dengan Agustus 2008 (jadwal terlampir).

Desain Penelitian
 Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Adapun tehnik pengambilan data dilakukan melalui pendekatan cross sectional, di mana pengumpulan data untuk variabel dependen dan variabel independen dilakukan secara bersamaan melalui instrumen kuesioner.

Populasi
 Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian atau penelitian, yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahui (Gulo, 2002). Perilaku merokok dikalangan remaja terutama terjadi pada remaja pria, sehingga populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki di SMAN 1 Narmada yang berjumlah 387 orang.

Sampel
 Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu yang bias memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Sampel yang diambil adalah sebagian atau wakil dari jumlah siswa laki-laki di SMAN 1 Narmada. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus :
 

Keterangan:
n= besarnya sampel
N= besarnya populasi
 d= derajat ketepatan yang diinginkan (0,05)
 
 
Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :
 


Jadi, didapatkan sampel sejumlah 197 orang.

Cara Pengambilan Sampel
 Pengambilan sampel dengan menggunakan metode stratified random sampling, caranya adalah dengan mengidentifikasi karakteristik umum dari populasi, kemudian ditentukan strata dari masing-masing unit karakteristik. Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata berimbang maka dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi masing-masing strata (Notoatmodjo, 2005). 
 Penentuan sampel:
  


 Jadi, pengambilan sampel adalah setiap kelipatan 2.
Adapun perincian sampel dari masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
 Tabel 1. Distribusi jumlah sampel berdasarkan tingkatan kelas di SMA Negeri 1 Narmada Tahun 2008
No Jurusan Jumlah Siswa Sampel 
1 Kelas X 150 76 
2 Kelas XI 119 61 
3 Kelas XII 118 60 
Jumlah 387 197 


Variabel Penelitian
  Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan. Sedangkan sebagai variabel dependen (variabel tergantung) dalam penelitian ini adalah perilaku merokok pada remaja.

Data yang Dikumpulkan
  Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari 2 kelompok, yaitu data primer dan data skunder.
Data primer terdiri dari:
Data mengenai karakteristik responden yang meliputi: umur, kelas, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi dan konsumsi rokok perharinya.
Data mengenai faktor lingkungan yang berasal dari keluarga, teman, iklan dan lainnya terhadap prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada.
Data mengenai perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada.
Data Skunder terdiri dari:
 Gambaran umum lokasi tempat penelitian, yaitu SMAN 1 Narmada.
 
Cara Pengumpulan Data
Data primer:
Data mengenai karakteristik responden yang meliputi umur, kelas, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi dan konsumsi rokok perharinya diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Data mengenai faktor lingkungan yang berasal dari keluarga, teman, iklan dan lainnya terhadap prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Data mengenai perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Data Skunder terdiri dari:
Data tentang gambaran umum lokasi tempat penelitian diperoleh dengan cara studi dokumentasi di sekolah SMAN 1 Narmada.

Cara Pengolahan Data
Data Primer
Data mengenai karakteristik responden yang meliputi: umur, kelas, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi dan konsumsi roko perharinya diolah secara deskriptif.
Data mengenai faktor lingkungan yang berasal dari keluarga, teman, iklan dan lainnya terhadap prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada diolah secara deskriptif dan ditabulasi menggunakan distribusi frekuensi.
Data mengenai perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada diolah secara deskriptif dan ditabulasi menggunakan distribusi frekuensi.
Data Sekunder
Data mengenai gambaran umum lokasi tempat penelitian, yaitu SMAN 1 Narmada diolah secara deskriptif.
Analisa Data
  Untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada menggunakan uji chi square dikatakan ada hubungan jika nilai signifikan < (0,05). Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional No. Variabel Definisi operasional Cara Pengukuran Parameter Skala Data  1. 2. Faktor Lingkung-an Prilaku merokok pada Remaja Faktor yang berasal dari luar diri individu, yaitu: Keluarga, teman, iklan rokok di media cetak maupun elektronik dan lainnya yang berkaitan dengan penggunaan rokok. Suatu tindakan menghisap dan menghembuskan asap rokok yang di lakukan oleh remaja. Kuesioner Kuesioner Ada faktor. Tidak Ada faktor. Perokok Bukan perokok  Nominal Nominal  BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Data Umum   SMA Negeri 1 Narmada adalah sebuah sekolah yang terletak di Jalan Suranadi No.51 desa Nyurlembang kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat provinsi Nusa Tenggara Barat. SMA 1 Negeri Narmada berdiri pada tanggal 19 November 1983. Adapun luas tanah sekolah seluas 25.000 m² dan luas bangunan sekolah seluas 1.642 m².   Status sekolah negeri dan telah terakreditasi pada tahun 2005 dengan status akreditasi B. adapun nomor statistik sekolah adalah 301230104022. Visi dan Misi Sekolah   Visi SMA Negeri 1 Narmada adalah “Unggul Dalam Prestasi” dan Misi sekolah adalah: Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peserta didik agar aktif, kreatif dan inovatif dalam belajar dan bekerja. Peserta didik agar gemar membaca, rajin dan tekun belajar. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang suka bekerja keras. Sarana dan Prasarana Jenis Sarana yang Dimiliki Sekolah  Tabel 3. Distribusi Ruang Pembelajaran di SMA Negeri 1 Narmada Tahun 2008   No Jenis Jumlah Luas (m²)  1. 2. 3. 4. 5. 6. Ruang Kelas Ruang Komputer Laboratorium dan Ruang Praktek Ruang Media dan Alat Bantu PBM Ruang Layanan Bimbingan dan Konseling Perpustakaan 12 1 1 1 1 1 64 36 108 144 36 120   Sumber : Profil SMA Negeri 1 Narmada 2007/2008      Tabel 4. Distribusi Sarana Pendukung di SMA Negeri 1 Narmada Tahun 2008   No Jenis Jumlah Luas (m²)  1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang UKS Ruang Penjaga Sekolah Gudang WC dan Kamar Mandi Kantin Sekolah 1 1 1 1 1 16 1 36 48 32 32 36 20 61   Sumber : Profil SMA Negeri 1 Narmada 2007/2008                   Sarana dan Prasarana Lain yang Dimiliki Sekolah Lapangan olahraga, yaitu: basket, volley, takraw dan tennis. Instalasi Air Jaringan Listrik Jaringan Telpon Tenaga Guru dan Non Guru.   Tenaga guru dan non guru yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Narmada adalah sebagai berikut:  Tabel 5. Distribusi Tenaga Guru dan Non Guru di SMA Negeri 1 Narmada Tahun 2008 No Tenaga Jumlah (orang)  1 2 Guru Guru BK (Bimbingan Konseling) Guru tetap Guru tidak tetap Guru Bantu Non Guru Karyawan tetap Honor daerah Pekerja harian  4 39 2 4 9 6 7  Jumlah 71   Sumber : Profil SMA Negeri 1 Narmada 2007/2008 Data Kesiswaan Data Siswa (data tiga tahun terakhir).  Tabel 6. Distribusi Siswa SMA Negeri 1 Narmada dalam tiga tahun terakhir. Tahun Kelas X Kelas XI Kelas XII TOTAL   L P L P L P L P  2005/2006 2006/2007 2007/2008 129 125 150 139 196 148 86 120 119 135 142 182 121 88 118 118 130 139 336 333 387 392 468 469   Sumber : Profil SMA Negeri 1 Narmada 2007/2008 Gambaran Umum Responden   Adapun karakteristik responden yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah umur, kelas, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi dan konsumsi rokok perhari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini: Umur Responden Bedasarkan hasil penelitian kisaran umur responden adalah antara 15-18 tahun, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:  Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada umur 16-17 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 64 orang (32.49%) berumur 16 tahun dan 73 orang (37.06%) berumur 17 tahun. Tetapi, terdapat sebagian kecil responden yang berada pada umur 18 tahun sebanyak 38 orang (19.29%) dan 22 orang (11.17%) responden lainnya berada pada umur 15 tahun. Kelas Responden pada penelitian ini adalah siswa laki-laki di SMA Negeri 1 Narmada yang duduk di kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden dari masing-masing kelas terdistribusi secara merata. Dan jumlah responden terbanyak berada pada kelas sepuluh, yaitu sebanyak 76 oang (38.58%). Usia Mulai Merokok Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden pertama kali merokok pada usia sekolah dan usia remaja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar responden mulai mencoba untuk merokok pada usia remaja, yaitu sebanyak 78 orang (88,64%), akan tetapi terdapat 10 orang (11,36%) responden sudah mencoba merokok pada usia sekolah. Jenis Rokok yang Dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jenis rokok yang dikonsumsi responden adalah filter dan campuran antara filter dan nonfilter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden mengkonsumsi rokok jenis filter, yaitu sebanyak 82 orang (93,18%). Bahkan 6 orang (6,82%) responden lainnya mengkonsumsi rokok jenis filter dan non filter secara bergantian. Konsumsi Rokok Perhari. Berdasarkan hasil penelitian konsumsi rokok responden di SMA Negeri 1 Narmada sangat bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:  Berdasarkan gambar di atas dapat di lihat bahwa sebagian besar responden masih tergolong dalam perokok ringan (mengkonsumsi ≤ 10 batang perhari), yaitu sebanyak 72 orang (81,82%). Tetapi, ada 4 orang (4,55%) dari responden sudah menjadi perokok berat (mengkonsumsi 21-30 batang perhari). Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Narmada yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2008, dengan jumlah responden sebanyak 197 responden yang terbagi menjadi: sebanyak 76 responden kelas sepuluh, 61 responden kelas sebelas, dan 60 responden kelas dua belas, didapatkan: Identifikasi Faktor Lingkungan dan Faktor Di Luar Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden di SMA Negeri 1 Narmada dapat berasal dari keluarga, teman dan budaya, yang dapat dilihat pada gambar berikut: Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa faktor lingkungan merupakan faktor pencetus terbanyak yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden di SMA Negeri 1 Narmada, yaitu sebanyak 81.82%. Dari faktor lingkungan didapatkan teman merupakan faktor terbanyak yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu sebanyak 75%, sedangkan hanya sedikit sekali faktor lingkungan yang berasal dari keluarga dan budaya yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu masing-masing sebanyak 4.55% dari faktor keluarga dan 2.27% dari faktor budaya. Dan ada 18.18% perilaku merokok pada responden diperoleh dari faktor non lingkungan, yaitu faktor diri sendiri. Perilaku Merokok Pada Remaja Perilaku merokok pada responden di SMA Negeri 1 Narmada adalah sebagai berikut: Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang menonjol antara responden yang merokok dan tidak merokok. Dimana responden yang tidak merokok sebanyak 109 orang (55.33%) dan responden yang merokok mencapai 88 orang (44.67%). Analisa Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dengan Prilaku Merokok Pada Remaja Di SMA Negeri 1 Narmada. Analisis hubungan antara faktor lingkungan dengan prilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Naramada dapat dilihat pada tebel berikut:  Tabel 7. Analisis Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMA Negeri 1 Narmada.   Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Responden Perilaku Merokok Jumlah %   Merokok Tidak Merokok    Jumlah % Jumlah %   Faktor Non Lingkungan: Faktor Lingkungan:  16 72  8,1 36,6  76 33  38,6 16,7  92 105  46,7 53,3  Jumlah 88 44,7 109 55,3 197 100    Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa faktor lingkungan merupakan faktor pencetus terbesar yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu sebanyak 72 orang (81,82%) dari 88 orang responden yang merokok. Sedangkan 88 orang (18,18%) lainnya di pengaruhi oleh faktor non Lingkungan yang berasal dari diri sendiri. Dan faktor pencetus terbesar yang mempengaruhi responden untuk tidak merokok adalah faktor non lingkungan yang berasal dari diri sendiri, yaitu sebanyak 76 orang (69.72%) dari 109 orang responden yang tidak merokok. Sedangkan 33 orang (30,28%) lainnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.    Bedasarkan analisis Chi-Square diperoleh nilai signifikan (0,000) < (0,05), maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada atau perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. BAB V PEMBAHASAN Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja   Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Narmada kabupaten Lombok Barat, NTB didapatkan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor pencetus terbanyak yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden di SMA Negeri 1 Narmada, yaitu sebanyak 81.82%. Dari faktor lingkungan didapatkan teman merupakan faktor terbanyak yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu sebanyak 75%, sedangkan hanya sedikit sekali faktor lingkungan yang berasal dari keluarga dan budaya yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu masing-masing sebanyak 4.55% dari faktor keluarga dan 2.27% dari faktor budaya. Dan ada 18.18% perilaku merokok pada responden diperoleh dari faktor non lingkungan, yaitu faktor diri sendiri.   Hasil penelitian tersebut membenarkan pendapat A.F Muchtar (2005) yang mengungkap bahwa perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut, dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat diterima sebagai anggota dari lingkungan tersebut.    Dari hasil penelitian didapatkan faktor lingkungan yang berasal dari teman merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja, yaitu sebanyak 75%. Hasil tersebut senada dengan pendapat Basyir (2005) yang mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka akan semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga. Fakta tersebut menyatakan dua kemungkinan, yakni remaja yang terpengaruh oleh teman-temannya, atau teman-teman remaja tersebut dipengaruhi olehnya. Diantara remaja baik perokok maupun yang tidak merokok, 87 % memiliki satu atau lebih sahabat yang merokok (Basyir, 2005).   Selain teman, faktor lingkungan yang berasal dari keluarga juga mempengarui perilaku merokok pada remaja. Hal ini senada dengan pendapat Nainggolan (2000) yang mengungkapkan bahwa anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif. Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004).   Budaya merupakan salah satu faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Hal tersebut senada dengan pendapat Smet (1994) yang mengatakan kebiasaan budaya akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.    Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, 18,18% perilaku merokok pada remaja juga di pengaruhi oleh faktor diri sendiri yang merupakan faktor non lingkungan. Hal tersebut senada dengan pendapat Kurt Lewin (Komasari dan Helmi, 2000) yang menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri sendiri.    Pernyataan senadapun diungkapkan oleh Atkinson (Mu’tadin, 2002) yang menyatakan bahwa orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa dan membebaskan diri dari kebosanan. Mayoritas remaja perokok menganggap merokok adalah lambang kedewasaan, kejantanan, percaya diri dan gengsi. Pada remaja kalangan sosial ekonomi bawah, merokok bisa menghilangkan kebosanan, menghindari stres di rumah, dan 80% mengatakan merokok sebagai kompensasi terhadap rasa rendah diri. Merokok pertama kali tidak enak, tetapi saat mengisap batang keempat, mereka kemudian dapat jadi perokok aktif dalam jangka panjang (http://www.klikdokter.com/article/detail/79).       Perilaku Merokok pada Remaja   Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Narmada kabupaten Lombok Barat, NTB didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang menonjol antara responden yang merokok dan tidak merokok. Responden yang merokok mencapai 88 orang (44.67%) dari 197 orang responden dimana 4,55% responden diantaranya sudah menjadi perokok berat, yaitu mengkonsumsi 21-30 batang perhari dan 81,82% responden masih tergolong dalam perokok ringan, yaitu mengkonsumsi ≤ 10 batang perhari. Dan hampir seluruh responden mengkonsumsi rokok jenis filter, yaitu sebanyak 93,18%, bahkan 6,82% responden lainnya mengkonsumsi rokok jenis filter dan non filter secara bergantian. Berdasarkan usia mulai merokok, sebagian besar responden mulai mencoba untuk merokok pada usia remaja (13-17 tahun), yaitu sebanyak 78 orang (88,64%), akan tetapi terdapat 11,36% responden sudah mencoba merokok pada usia sekolah (9-12 tahun).   Dari hasil penelitian didapatkan 44,67% dari 197 orang responden merupakan perokok aktif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian akhir Matua Harahap (2004), yaitu kejadian merokok di usia muda (15-18 tahun) sudah menunjukkan angka yang berarti yakni 13,62 persen. Bahkan menurut data yang dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2000 dari 2074 responden pelajar Indonesia usia 15-20 tahun, 43,9% (63% pria) mengaku pernah merokok (http://www.mqmedia.com/tabloid_mq/apr03/mq_remaja_ pernik.htm).   Hal tersebut senada dengan pendapat Kartono (1995) yang mengungkapkan bahwa secara psikologis remaja usia 15-18 tahun berada pada tahap perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif maupun negatif .   Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 88 orang (44,67%) responden yang merokok, sebagian besar responden mulai mencoba untuk merokok pada usia remaja (13-17 tahun), yaitu sebanyak 78 orang (88,64%). Hasil tersebut sesuai dengan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia. Diperkirakan 37% atau 25 juta dari 70 juta remaja di Indonesia sudah menjadi perokok (http://www.liputan6.com).   Pernyataan senada di ungkapkan oleh Laventhal dan Dhuyvettere (Smet, 2000) yang menyatakan bahwa orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Sejumlah setudi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok pada usia antara 11-13 tahun dan 85%-95% usia 18 tahun. Data WHO lainnya juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja.   Akan tetapi terdapat 11,36% responden sudah mencoba merokok pada usia sekolah (9-12 tahun). Hal ini senada diungkapkan oleh Singgih BS dalam Suara Karya Online (Sabtu, 12 Januari 2008) yang mengatakan bahwa akhir-akhir ini kebiasaan merokok aktif pada anak cenderung meningkat. Bila dulu usia anak berani merokok saat duduk di bangku SMP, sekarang ini dapat dijumpai anak-anak SD kelas 4 sudah mulai banyak yang merokok secara diam-diam.    Data Badan Pusat Statistik semakim mempertegas pernyataan tersebut yang menyatakan bahwa jumlah perokok pemula umur 5-9 tahun naik secara signifikan. Hanya dalam tempo tiga tahun (2001-2004), persentase perokok pemula naik dari 0,4% menjadi 2,8%. Dan penelitian LPKM Universitas Andalas mengenai pencegahan merokok bagi anak umur di bawah 18 tahun yang dilakukan di kota Padang menunjukkan lebih dari 50% responden mulai merokok sebelum usia 13 tahun (Singgih BS/Tri Wahyuni, 2008).   Hasil penelitian lainnya menunjukkan menunjukkan 4,55% dari 88 orang responden dengan perilaku merokok sudah menjadi perokok berat, yaitu mengkonsumsi 21-30 batang perhari dan 81,82% responden masih tergolong dalam perokok ringan, yaitu mengkonsumsi ≤ 10 batang perhari. Ini bukanlah suatu hal yang bagus, walaupun sebagian besar responden merupakan perokok ringan, tetapi suatu saat akan berubah menjadi perokok berat yang dapat membahayakan kesehatan individu responden. Hal ini dipertegas oleh pendapat Surjorahardjo (1995) yang mengatakan bahwa 40% dari perokok-perokok akan menjadi perokok berat. Bahkan menurut ITB Central Library pada umur 10-14 tahun pun sudah didapatkan sebesar 30,5% yang mengkonsumsi >10 batang perhari dan 2,6% di antaranya mengkonsumsi >20 batang perhari (http://digilib.itb.ac.id).
  Pernyataan senadapun di ungkapkan oleh Singgih BS dalam Suara Karya Online (Sabtu, 12 Januari 2008) yang mengungkapkan bahwa di dalam rokok terdapat nikotin, di mana Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Di jalur adrenergik, zat itu akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal itulah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. (http://www.suarakaryaonline.com).
  Sedangkan bila dillihat dari jenis rokok yang dikonsumsi, hampir seluruh responden mengkonsumsi rokok jenis filter, yaitu sebanyak 93,18%, bahkan 6,82% responden lainnya mengkonsumsi rokok jenis filter dan non filter secara bergantian. 
  Hasil tersebut senada dengan sebuah pernyataan pada editor’s choice (Selasa, 5 Agustus 2008), yaitu rokok filter jenis mild, atau lebih dikenal dengan sebutan rokok putih, ditujukan bagi remaja. Ini di karenakan remaja biasanya mencari jenis rokok yang memiliki kadar tar dan nikotin dalam jumlah rendah (http://www.editorschoice.com). Hal tersebut dipertegas oleh hasil survei terhadap konsumen rokok dewasa, dimana didapatkan hasil bahwa 92% perokok dewasa menyukai rokok filter. Sementara Marlboro, dari hasil survei itu merupakan merek internasional yang paling disukai (http://www.media-indonesia.com).
   
Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja.
  Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai signifikan (0,000) < (0,05), maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan yang berasal dari teman, budaya dan keluarga dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Narmada dan berdasarkan tabel silang didapatkan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor pencetus terbesar yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu sebanyak 72 orang (81,82%) dari 88 orang responden yang merokok. Sedangkan 88 orang (18,18%) lainnya di pengaruhi oleh faktor non Lingkungan yang berasal dari diri sendiri. Dan faktor pencetus terbesar yang mempengaruhi responden untuk tidak merokok adalah faktor non lingkungan yang berasal dari diri sendiri, yaitu sebanyak 76 orang (69.72%) dari 109 orang responden yang tidak merokok. Sedangkan 33 orang (30,28%) lainnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.   Ini berarti perilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok, terutama perilaku merokok yang ada di lingkungan keluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan perilaku merokok teman sebaya.   Banyak penelitian yang memperkuat pernyataan tersebut. Sebuah penelitian di Jepang mengungkapkan, merokok sangat erat sekali hubungannya dengan pengaruh teman, pengaruh orang tua, lingkungan sekolah, dan uang saku. Dalam sebuah penelitiannya, Shiramizu mendapatkan suatu kesimpulan bahwa seseorang dapat menjadi perokok jika ia mempunyai teman yang merokok. Bahkan ada sebuah penelitian lain yang menghasilkan kesimpulan bahwa remaja yang temannya merokok memiliki resiko delapan kali lebih besar untuk ikut merokok dibanding remaja yang memiliki teman tidak merokok (Megawati, 2006).   Hal ini juga membenarkan teori Soetjiningsih (2004) yang mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh berberapa faktor yang salah satu diantaranya adalah faktor lingkungan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN   Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2008 di SMA Negeri 1 Narmada mengenai hubungan faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut: Faktor lingkungan merupakan faktor pencetus terbanyak yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden di SMA Negeri 1 Narmada, yaitu sebanyak 81.82%. Dari faktor lingkungan didapatkan teman merupakan faktor terbanyak yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu sebanyak 75%, sedangkan hanya sedikit sekali faktor lingkungan yang berasal dari keluarga dan budaya yang mempengaruhi perilaku merokok pada responden, yaitu masing-masing sebanyak 4.55% dari faktor keluarga dan 2.27% dari faktor budaya. Dan ada 18.18% perilaku merokok pada responden diperoleh dari faktor non lingkungan, yaitu faktor diri sendiri. Dari 197 responden diperoleh 88 orang (44.67%) di antaranya merupakan perokok aktif dimana 4,55% responden diantaranya sudah menjadi perokok berat, yaitu mengkonsumsi 21-30 batang perhari dan 81,82% responden masih tergolong dalam perokok ringan, yaitu mengkonsumsi ≤ 10 batang perhari. Dan hampir seluruh responden mengkonsumsi rokok jenis filter, yaitu sebanyak 93,18%, bahkan 6,82% responden lainnya mengkonsumsi rokok jenis filter dan non filter secara bergantian. Berdasarkan usia mulai merokok, sebagian besar responden mulai mencoba untuk merokok pada usia remaja (13-17 tahun), yaitu sebanyak 78 orang (88,64%), akan tetapi terdapat 11,36% responden sudah mencoba merokok pada usia sekolah (9-12 tahun). Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Narmada dengan nilai signifikan (0,000) < (0,05), Ini berarti perilaku merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berada disekitarnya.  SARAN Untuk Instansi Pendidikan (SMA Negeri 1 Narmada) Sekolah perlu meningkatkan kegiatan positif yang bersifat kelompok yang dapat mengalihkan remaja dari perilaku merokok, misalnya dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, olahraga dan lain sebagainya.  Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kontrol perilaku terhadap siswa didiknya, salah satu diantaranya adalah dengan mengadakan pemeriksaan terhadap kepemilikan rokok dalam lingkungan sekolah.  Pihak sekolah perlu mengadakan kerja sama lintas program dengan Instansi kesehatan dalam pemberian informasi tentang perkembangan remaja dan permasalahan kesehatan remaja, khususnya bahaya perilaku merokok pada remaja. Untuk Petugas Kesehatan Petugas kesehatan diharapkan meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui pemberian informasi mengenai perkembangan remaja dan permasalahan kesehatan remaja dengan lebih menekankan pada pemberian informasi akan bahaya atau dampak negatif dari merokok, sehingga dapat meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak maupun berhenti merokok. Untuk Institusi Pendidikan (Politeknik Kesehatan Depkes Mataram) Institusi pendidikan (Politeknik Kesehatan Depkes Mataram) diharapkan dapat mengadakan seminar-seminar dan diskusi interaktif mengenai perkembangan remaja dan masalah kesehatan remaja, khususnya mengenai bahaya perilaku merokok pada remaja sebagai salah satu perwujudan dari pengabdian masyarakat. Untuk Remaja Remaja perlu lebih selektif dalam memilih teman bergaul dan perilaku yang diadopsi baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah, budaya maupun teman sebaya.  Remaja agar dapat mengkuti kegiatan-kegiatan yang positif baik itu di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, seperti mengikuti ekstrakurikuler di sekolah dan organisasi remaja di lingkungan tempat tinggalnya. Untuk Penelitian Selanjutnya Dalam penelitian ini tidak diteliti faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja, seperti: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor regulatori. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk meneliti faktor-faktor tersebut.  DAFTAR PUSTAKA      Arikonto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.    Aziz. A, 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Surabaya: Salemba Medika.    Bruder, A. 2004. Perencanaan Karier Sejak Dini. http://www.kedaikarir.com, diperoleh tanggal 13 Agustus 2008.    Editor’s choice. 2008. Ilusi Dalam Sebatang Rokok. http://www.editorschoice.com, diperoleh tanggal 26 Juli 2008.    e-psikologi. 2002. Remaja dan Rokok. http://www.e-psikologi.com/ remaja/050602.htm, diperoleh tanggal: 24 Desember 2007.    Gatchel, R.J. 1999. An Introduction to Health Psychology. New York: Mc Graw-Hill Book Company.    Hurlock, Elizabeth, B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.    ITB Central Library. 2008. Perilaku Merokok. http://digilib.itb.ac.id, diperoleh tanggal 18 Agustus 2008.    Klik Dokter. 2008. Jumlah Perokok Pemula Meningkat. http://www.klikdokter.com /article/detail/79, diperoleh tanggal 18 Agustus 2008.    Komasari, D dan Helmi, AF (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merkok Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 2: Universitas Gajah Mada Press.     Liputan6. 2008. MUI akan Keluarkan Fatwa Larangan Merokok. http://www.liputan6.com, diperoleh tanggal 13 Agustus 2008.    Megawati, Gina. 2006. Remaja Merokok Karena Meniru. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/05/hikmah/lain04.htm, diperoleh tanggal: 24 Desember 2007.    Mu’tadin, Z. 2007. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi pada Remaja. http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm, diperoleh tanggal 11 Agustus 2008.    Mq Media. 2004. Mengapa Remaja Merokok. http://www.mqmedia.com /tabloid_mq/apr03/mq_remaja_ pernik.htm. diperoleh tanggal 9 Agustus 2008.    Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.    ___________.2003. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.    Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.    Singgih BS dan Wahyuni T. 2008. Jangan Biarkan Asap Rokok Meracuni Anak Anda. http://www.suarakarya-online.com, diperoleh tanggal 2 Februari 2008.    Siregar, S. 2007. Ekonomi dan Bisnis Rokok. http://www.media-indonesia.com, diperoleh tanggal 13 Agustus 2008.    Smet, B. 2000. Psikologi Kesehatan. Semarang: PT Gramedia.       Taryono, Yono. 2007. Prilaku Merokok Pada Remaja. http://metlit.blogspot.com/ 2007/04/prilaku-merokok-pada-remaja-smp.html. diperoleh tanggal 22 Desember 2007.    Wikipedia Indonesia, 2007. Rokok. http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok, diperoleh tanggal: 24 Desember 2007.   Lampiran 1 PENJELASAN TENTANG PENELITIAN  Judul penelitian: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PRILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMAN 1 NARMADA, LOMBOK BARAT, NTB.    Saya mahasiswa Akademi D III Politeknik Kesehatan Mataram jurusan Keperawatan program studi Keperawatan Mataram bermaksud mengadakan penelitian untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dengan prilaku merokok pada remaja di SMAN 1 Narmada.   Peneliti sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan, baik dalam pengumpulan, pengolahan maupun analisa data. Peneliti sangat mengharapkan responden untuk mengisi angket yang diberikan dengan sejujur-jujurnya.   Melalui penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan partisipasi Anda berperan serta dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasinya peneliti ucapkan terima kasih. Mataram,............................2008 Peneliti  Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN   Setelah membaca penjelasan tentang penelitian dan setelah mendapat jawaban terhadap pertanyaan yang saya ajukan mengenai penelitian ini. Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung tinggi hak – hak saya sebagai responden dan saya memahami bahwa penelitian ini akan sangat berguna bagi saya dan sekolah.  Saya menyadari bahwa keikutsertaan dan kejujuran saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peneliti.  Dengan ditandatanganinya surat persetujuan ini, maka saya menyatakan besedia untuk berperan serta menjadi responden dalam penelitian ini.         Mataram,.........................2008       Peneliti, Responden,        (_________________) (_________________) Lampiran 3 LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PRILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMAN 1 NARMADA LOMBOK BARAT, NTB. PETUNJUK PENGISIAN UMUM  Bacalah pertanyaan terlebih dahulu.  Jawablah pertanyaan semuanya. Isilah titik – titik dibawah ini. Untuk pertanyaan – pertanyaan pilihan dijawab dengan memberi tanda cek ( √ ) pada pilihan jawaban yang paling tepat menurut anda. Apabila anda ingin mengganti jawaban karena jawaban yang pertama salah bisa dilakukan dengan cara memberi tanda (=) pada jawaban yang salah, kemudian tanda cek ( √ ) kembali pada jawaban yang benar. Contoh : 5 + 5 = .........   10 (benar)   0 (salah)     6   -1 Identifikasi Responden  Umur : .............tahun  Kelas : .............. Pada usia berapa   anda pertama kali merokok : ..............Tahun (bila merokok) Jenis rokok yang dikonsumsi : .............. (bila merokok) Konsumsi rokok perharinya : ..............Batang (bila merokok)   Mengidentifikasi faktor lingkungan dan prilaku merokok pada remaja. Apakah anda merokok? Ya Tidak  Apabila tidak, apakah yang mempengaruhi anda untuk tidak merokok? Keluarga Teman Diri Sendiri Budaya Guru Lain-lain, sebutkan....................... Bila ya, berapa banyak anda mengkonsumsi rokok perharinya?  Mengkonsumsi rokok > 10 batang/ hari.
 Mengkonsumsi rokok 11-20 batang/hari.
 Mengkonsumsi rokok 21-30 atau lebih batang/hari.
 
Siapakah yang pertama kali mengenalkan anda dengan rokok dan mempengaruhi anda untuk merokok?
Kelurga
Teman
Iklan, baik itu media cetak maupun elektronik
Diri Sendiri (stres, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah)
Guru
Budaya
Lainnya, sebutkan...............

 


Diposting oleh yuda_10
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates